Pada pertengahan dasawarsa 1990-an, Rusia melansir torpedo anyar.
Namun yang ditebalkan cukup mengetarkan nyali, VA-111 Shkval alias
“Hujan Badai”. Shkval adalah karya institut Riset NII-24 pimpinan
Mikhail Murkulov yang ditugasi merancang rudal bawah air berkecepatan
tinggi, ia sanggup melibas armada kapal selam nuklir AS yang stealth.
Shkval diperkenalkan pada 1977 lewat tangan Y.Rakov dan G.Logvinovich.
Spesifikasi
Wujud Shkval mengejutkan kebanyakan orang, wujud fisiknya kerucut panjang dan pada buritan terdapat dua pasang sirip penstabil arah lintasan dan beberapa corong knalpot. Bisa di katakan Shakval lebih mirip rudal ketimbang torpedo konvensional.
Kesaktian Shkval yang bikin gentar NATO adalah kecepatan jelajah yang mencapai 230 knot, empat kali kecepatan torpedo Mk 48 (AS). Dengan kecepatan jelajah sedemikian besar, energi kinetik yang dihasilkan pasti juga besar. Itu sebabnya Shkval sanggup menjebol lambung semua kapal perang biarpun tanpa bermodal hulu ledak nuklir atau hulu ledak biasa yang bobotnya 210 kg. Hingga kini AS belum punya pamungkas apapun guna menangkal monster ini.
Gelembung Pamungkas
Apa rahasia kesaktian shkval ..? tak lain adalah aplikasi cabang ilmu fisika soal gerakan benda padat yang “terbungkus” rongga hampa udara dalam sejumlah besar massa air (body motion under cavitation). Shakval dirancang bisa melejit dari tabung peluncur berdiameter 21 inci (533 mm) pada kedalaman 100 m. Saat ia melesat keluar dari tabung peluncur dengan kecepatan sekitar 50 knot, motor roket pendorong mulai di hidupkan. Meski ia belum sepenuhnya telah mencuat dari dalam badannya. Pada tiap sisi sirip yang yang tekanan udaranya rendah terjadi penyedotan udara sehingga timbul gelembung udara bertekanan tinggi. Sekujur tubuh terpedo terbungkus wadah berongga yang cukup besar.
Ketika Beraksi
Bahannya ialah lapisan udara tipis yang tak lain aliran gelembung udara dalam jumlah besar (supercavitating bubles). Alhasil, kulit Sykval tidak tersentuh air laut dan segala bentuk gesekan maupun hisapan (drag) dapat di minimalkan.
Berkat motor roket pendorong berkecepatan tinggi, proyektil yang terbungkus total (full cavitating) dan sedang bergerak mengalami rotasi hingga ekor proyektil berbenturan dengan pembungkus. Akibatnya arah lintasan dan kesetabilan gerak proyektil acap kali “terganggu”.
Shkval dipandu dengan sistem autopilot dan bukan dengan hulu pencari (homing head) seperti umumnya terpedo. Awalnya, shkval tidak punya sistem pemandu apapun. Namun, belakangan Rusia melansir varian yang punya hulu pencari dan hulu ledak nuklir taktis yang sanggup melejit sejauh 16 kilometer.
Pengembangan
Varian shkval berikut punya sistem penentu sasaran terpandu (guided targeting system) dan berhulu ledak konvensional (1997) dan diuji coba pada musim semi tahun 1998. Rusia juga melangsir Shkval-E untuk ekspor yang kemampuannya sedikit lebih rendah (1999) dan telah di miliki oleh RRC, Iran dan Prancis. RRC juga membeli enam unit KS kelas Victor III untuk wahana peluncuran Shkval-E. Generasi kedua shkval muncul tahun 1998 dengan kecepatan jelajah 391 knot hingga sejauh 96 kilometer.
Sumber : http://www.eocommunity.com/showthread.php?tid=21813
Spesifikasi
Wujud Shkval mengejutkan kebanyakan orang, wujud fisiknya kerucut panjang dan pada buritan terdapat dua pasang sirip penstabil arah lintasan dan beberapa corong knalpot. Bisa di katakan Shakval lebih mirip rudal ketimbang torpedo konvensional.
Kesaktian Shkval yang bikin gentar NATO adalah kecepatan jelajah yang mencapai 230 knot, empat kali kecepatan torpedo Mk 48 (AS). Dengan kecepatan jelajah sedemikian besar, energi kinetik yang dihasilkan pasti juga besar. Itu sebabnya Shkval sanggup menjebol lambung semua kapal perang biarpun tanpa bermodal hulu ledak nuklir atau hulu ledak biasa yang bobotnya 210 kg. Hingga kini AS belum punya pamungkas apapun guna menangkal monster ini.
Gelembung Pamungkas
Apa rahasia kesaktian shkval ..? tak lain adalah aplikasi cabang ilmu fisika soal gerakan benda padat yang “terbungkus” rongga hampa udara dalam sejumlah besar massa air (body motion under cavitation). Shakval dirancang bisa melejit dari tabung peluncur berdiameter 21 inci (533 mm) pada kedalaman 100 m. Saat ia melesat keluar dari tabung peluncur dengan kecepatan sekitar 50 knot, motor roket pendorong mulai di hidupkan. Meski ia belum sepenuhnya telah mencuat dari dalam badannya. Pada tiap sisi sirip yang yang tekanan udaranya rendah terjadi penyedotan udara sehingga timbul gelembung udara bertekanan tinggi. Sekujur tubuh terpedo terbungkus wadah berongga yang cukup besar.
Ketika Beraksi
Bahannya ialah lapisan udara tipis yang tak lain aliran gelembung udara dalam jumlah besar (supercavitating bubles). Alhasil, kulit Sykval tidak tersentuh air laut dan segala bentuk gesekan maupun hisapan (drag) dapat di minimalkan.
Berkat motor roket pendorong berkecepatan tinggi, proyektil yang terbungkus total (full cavitating) dan sedang bergerak mengalami rotasi hingga ekor proyektil berbenturan dengan pembungkus. Akibatnya arah lintasan dan kesetabilan gerak proyektil acap kali “terganggu”.
Shkval dipandu dengan sistem autopilot dan bukan dengan hulu pencari (homing head) seperti umumnya terpedo. Awalnya, shkval tidak punya sistem pemandu apapun. Namun, belakangan Rusia melansir varian yang punya hulu pencari dan hulu ledak nuklir taktis yang sanggup melejit sejauh 16 kilometer.
Pengembangan
Varian shkval berikut punya sistem penentu sasaran terpandu (guided targeting system) dan berhulu ledak konvensional (1997) dan diuji coba pada musim semi tahun 1998. Rusia juga melangsir Shkval-E untuk ekspor yang kemampuannya sedikit lebih rendah (1999) dan telah di miliki oleh RRC, Iran dan Prancis. RRC juga membeli enam unit KS kelas Victor III untuk wahana peluncuran Shkval-E. Generasi kedua shkval muncul tahun 1998 dengan kecepatan jelajah 391 knot hingga sejauh 96 kilometer.
Sumber : http://www.eocommunity.com/showthread.php?tid=21813
No comments:
Post a Comment
Your Comment Here... Use It Wisely No Abuse