Prihatin melihat teman dan gurunya berkotor-kotor menghapus papan tulis setiap hari, menjadi inspirasi bagi Miftahul Khairi menciptakan alat sederhana penghapus papan tulis. Usai menunaikan Shalat Maghrib, ide tersebut muncul dibenaknya. Tiga kali research terhadap tiga replika, akhirnya lahir sebuah penemuan baru yang nanti bakal menjadi prototipe untuk dikembangkan.
Putra keempat dari lima bersaudara pasangan Bakri Harun (Kepsek SD 15 Matur) dan Rasmiati (Hakim Pengadilan Agama Maninjau) ini berperawakan tenang. Karena terlahir dari orangtua yang juga berprestasi, sorot mata Ari memancarkan gejolak rasa keingintahuan yang meledak-ledak.
Bahkan siswa kelas 10 Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) SMA 1 Bukittinggi ini, begitu lancar mempresentasikan penemuannya ketika ditemui di sekolahnya. Menghapus papan tulis, cerita Ari, sapaan akrabnya, bagi sebagian pelajar cukup membosankan. Selain tangan kotor terkena tinta spidol, kadangkala bau tinta itu sendiri mempengaruhi penciuman. Bahkan siswa yang ditugasi menghapus papan juga kerap terganggu konsentrasi belajar mereka.
Sehingga kondisi ini, bagi Ari, sangat tidak efektif dan tidak kondusif di tengah proses belajar mengajar. Ketika menerima tawaran Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk membuat karya tulis ilmiah bidang sains dan teknologi, Ari bersama guru pembimbingnya, Zefliwer SPd merasa tertantang. Awalnya muncul berbagai macam ide, namun belum satu pun yang terkerangka secara baik dalam pikirannya. Usai menunaikan Shalat Maghrib, terlintas bayangan membuat alat penghapus papan tulis elektrik tadi.
Karena belum mahir membuat karya tulis ilmiah, apalagi dengan kemampuan menulis seadanya, draft abstrak (kerangka pikiran) karya ilmiah tadi terpaksa bolak-balik dari tangan guru pembimbingnya. Atas arahan pembimbing itulah, dalam tenggang waktu sejak Februari hingga April, akhirnya konsep alat yang dirancangnya mulai dikerjakan.Yang dilakukan pertama kali adalah mencari berbagai macam literatur tentang konsep motor penggerak.
Ketika literatur diperoleh, harus disesuaikan pula dengan dasar-dasar cara kerja alat yang ingin diciptakannya. Persoalan semakin rumit, ketika dasar cara kerja telah ditemukan sesuai petunjuk literatur, ia juga harus mulai memikirkan seperti apa rancangan alat yang akan dirakit berbagai komponennya.“Pada proses inilah saya membuat berbagai replika rancangan yang akan dirakit. Dari 3 replika yang dikonsep dari berbagai kemungkinan, terdapat satu rancangan yang saya anggap paling mungkin dan berpeluang dikembangkan, dengan menggunakan motor penggerak power window mobil sebagai komponen utama.
Namun pilihan tadi masih jauh dari sempurna, dan belum bekerja sebagaimana mestinya,” ungkap Miftahul Khairi.
Ketika itulah Ari mendapat dukungan dan sokongan dari pembimbingnya. Sehingga penemuan hasil penelitian terapan yang ia lakukan tadi mulai dituangkan ke dalam karya tulis. Sambil menulis, Ari terus membenahi pesawat sederhana temuannya tadi. Tapi berbekal rasa percaya diri yang tinggi, konsep alat penghapus papan elektrik tersebut ia persentasikan di hadapan tim penguji dosen ITB, yang ikut disaksikan puluhan mahasiswa elektro.
“Selain memberi persentasi, saya juga dihadang beberapa pertanyaan dari penguji. Bahkan setelah memperagakan cara kerja alat penghapus tadi, saya juga mendapat pertanyaan dari sejumlah mahasiswa elektro ITB yang penasaran dan ingin mengetahui secara detail alat tersebut,” ungkap Ari yang mengaku sempat meneteskan keringat dingin dalam ruang ber-AC.Di samping itu, kisah Ari, awalnya ia juga sempat merasa minder dengan siswa lain yang akan mempersentasikan karya ilmiah mereka. Ia tidak dapat menyembunyikan perasaan, seakan karya orang lain lebih hebat dari yang ia kerjakan.
Tapi karena mewakili Bukittinggi dan difasilitasi berbagai pihak, ia bertekad untuk menjadikan karyanya sebagai yang terbaik. Ketika diumumkan keluar sebagai juara pertama, dengan bangga ia menemui ratusan alumni SMA 1 Bukittinggi yang sedang menuntut ilmu di ITB.Karya ini belum sempurna dan saya belum puas dengan hasilnya. Untuk itu, dengan dukungan pembimbing dan guru lainnya saya akan terus kembangkan dan sempurnakan, hingga benar-benar menjadi penemuan yang bermanfaat untuk dikembangkan,” ungkap Miftahul. ---
Putra keempat dari lima bersaudara pasangan Bakri Harun (Kepsek SD 15 Matur) dan Rasmiati (Hakim Pengadilan Agama Maninjau) ini berperawakan tenang. Karena terlahir dari orangtua yang juga berprestasi, sorot mata Ari memancarkan gejolak rasa keingintahuan yang meledak-ledak.
Bahkan siswa kelas 10 Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) SMA 1 Bukittinggi ini, begitu lancar mempresentasikan penemuannya ketika ditemui di sekolahnya. Menghapus papan tulis, cerita Ari, sapaan akrabnya, bagi sebagian pelajar cukup membosankan. Selain tangan kotor terkena tinta spidol, kadangkala bau tinta itu sendiri mempengaruhi penciuman. Bahkan siswa yang ditugasi menghapus papan juga kerap terganggu konsentrasi belajar mereka.
Sehingga kondisi ini, bagi Ari, sangat tidak efektif dan tidak kondusif di tengah proses belajar mengajar. Ketika menerima tawaran Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk membuat karya tulis ilmiah bidang sains dan teknologi, Ari bersama guru pembimbingnya, Zefliwer SPd merasa tertantang. Awalnya muncul berbagai macam ide, namun belum satu pun yang terkerangka secara baik dalam pikirannya. Usai menunaikan Shalat Maghrib, terlintas bayangan membuat alat penghapus papan tulis elektrik tadi.
Karena belum mahir membuat karya tulis ilmiah, apalagi dengan kemampuan menulis seadanya, draft abstrak (kerangka pikiran) karya ilmiah tadi terpaksa bolak-balik dari tangan guru pembimbingnya. Atas arahan pembimbing itulah, dalam tenggang waktu sejak Februari hingga April, akhirnya konsep alat yang dirancangnya mulai dikerjakan.Yang dilakukan pertama kali adalah mencari berbagai macam literatur tentang konsep motor penggerak.
Ketika literatur diperoleh, harus disesuaikan pula dengan dasar-dasar cara kerja alat yang ingin diciptakannya. Persoalan semakin rumit, ketika dasar cara kerja telah ditemukan sesuai petunjuk literatur, ia juga harus mulai memikirkan seperti apa rancangan alat yang akan dirakit berbagai komponennya.“Pada proses inilah saya membuat berbagai replika rancangan yang akan dirakit. Dari 3 replika yang dikonsep dari berbagai kemungkinan, terdapat satu rancangan yang saya anggap paling mungkin dan berpeluang dikembangkan, dengan menggunakan motor penggerak power window mobil sebagai komponen utama.
Namun pilihan tadi masih jauh dari sempurna, dan belum bekerja sebagaimana mestinya,” ungkap Miftahul Khairi.
Ketika itulah Ari mendapat dukungan dan sokongan dari pembimbingnya. Sehingga penemuan hasil penelitian terapan yang ia lakukan tadi mulai dituangkan ke dalam karya tulis. Sambil menulis, Ari terus membenahi pesawat sederhana temuannya tadi. Tapi berbekal rasa percaya diri yang tinggi, konsep alat penghapus papan elektrik tersebut ia persentasikan di hadapan tim penguji dosen ITB, yang ikut disaksikan puluhan mahasiswa elektro.
“Selain memberi persentasi, saya juga dihadang beberapa pertanyaan dari penguji. Bahkan setelah memperagakan cara kerja alat penghapus tadi, saya juga mendapat pertanyaan dari sejumlah mahasiswa elektro ITB yang penasaran dan ingin mengetahui secara detail alat tersebut,” ungkap Ari yang mengaku sempat meneteskan keringat dingin dalam ruang ber-AC.Di samping itu, kisah Ari, awalnya ia juga sempat merasa minder dengan siswa lain yang akan mempersentasikan karya ilmiah mereka. Ia tidak dapat menyembunyikan perasaan, seakan karya orang lain lebih hebat dari yang ia kerjakan.
Tapi karena mewakili Bukittinggi dan difasilitasi berbagai pihak, ia bertekad untuk menjadikan karyanya sebagai yang terbaik. Ketika diumumkan keluar sebagai juara pertama, dengan bangga ia menemui ratusan alumni SMA 1 Bukittinggi yang sedang menuntut ilmu di ITB.Karya ini belum sempurna dan saya belum puas dengan hasilnya. Untuk itu, dengan dukungan pembimbing dan guru lainnya saya akan terus kembangkan dan sempurnakan, hingga benar-benar menjadi penemuan yang bermanfaat untuk dikembangkan,” ungkap Miftahul. ---
Sumber: Padang Ekspres, 12 Mei 2007.
No comments:
Post a Comment
Your Comment Here... Use It Wisely No Abuse